Sahabat atau Pacar?

Setiap orang pasti memiliki setidaknya satu orang sahabat sejati yang tak terpisahkan. Seseorang yang dipercaya untuk mengeluarkan unek-unek maupun rahasia terkelam yang tidak sembarang orang bisa mendengarnya. 

Dulu Javas punya sahabat seperti itu. Temen-temenku juga banyak yang bilang, kalau kita tak terpsahkan karena selalu bersama. Tapi itu dulu. Dulu seblum kerajaan api menyerang... Setelah kerajaan api menyerang, semuanya berubah. Dia jadi sulit membagi waktunya untukku. Sedikit demi sedikit kita jadi saling berjauhan.

Menyesal sih tidak, hnaya sedikt tidak enak hati. Javas bisa memahami perubahan dia. Javas mungkin juga bersikap seperti itu jika punya orang lain yang lebih berarti dalam kehidupanku. Biasalah, jika ada yang yang baru, dan itu berhubungan dengan hati dan perasaan, tentu saja akan lebih menitik beratkan pada yang baru ini. Ada semacam dorongan yang kuat untuk menghabiskan setiap momen hanya berdua. Dinner bareng. Malam mingguan. Menelpon, chatting dan sebagainya.

Javas tahu, seperti ini tuh pasti ada masa kedaluwarsa. Jadi tak perlu bersusah hati jika sahabat kita punya pengganti dari kita. Semua itu ada masanya. 

Selama ini Javas harus pinter-pinter menempatkan diri. Meski tak suka diabaikan, tapi Javas harus pintar, bagaimana sendainya Javas berada di tempatnya. Apakah Javas melakuakn hal yang sam atau tidak? kalo iya, kenapa mesti kecewa jika diabaikan. Toh ini ada masanya juga.

Tapi satu hal yang detik ini Javas lakukan agar tidak terjadi kecemburuan dan rasa diabaikan. Ada waktu yang telah Javas pilih, kapan bersama pacar, kapan bersama sahabat. Kadang juga ngajakin mereka jalan bersama, biar makin rame dan ada kebersamaan di antara kita.