Aku menangis tersedu-sedu di pelukan sahabatku. Ini bukanlah yang pertama, atau pun kali yang kedua. Aku ta ingin, seberapa seringkah aku melakukan ini, menangis dalam pelukannya.
Setiap patah hati, sahabatku inilah orang pertama yang tahu
dan mendengar cerita dari mulutku. Tak ada orang lain yang aku percaya melebihi
dia, bahkan orang tuaku pun tidak. Aku tak tahu, bagaimana dia bisa
bertahan dengan kisahku yang selalu
seperti itu.
Dan kali ini, aku melakukan hal yang serupa. Aku menangis
sejadi-jadinya ketika aku selesai becerita tentang cintaku yang kandas untuk
yang kesekian kalinya. Dan seperti yang sering terjadi, dia selalu mendengarku,
seseklai mengelus-elus pundakku uantuk selalu tabah dalam menghadapi cobaan
yang diberikan Tuhan kepadaku.
Berklai-kali, ketika aku berkeluh kesah kepadanya, dia hanya
mendngarkan apa yang aku katakana kepadaya. Baru kali ini, ketika aku selesai
menceritakan kesedihanku, tiba-tiba dia berkata kepadaku, “Yang sering merampas
kebahagianmu, bukan dia yang menyakitimu atau meninggalkanmu. Tapi kamu sendiri
yang terlalu mengasihi dirimu".
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar dan kunjungannya. Happy blogwalking!