Call Me Maybe

Aku tengah duduk dengan segelas minuman memabukkan di gengamanku. Ini adalah gelas ketigaku yang aku minta dari seorang bartender di depanku. Biasanya, jika aku datang ke tempat ini sendiri, aku sering mengajak bar tender itu mengobrol. Sekedar berbasa-basi atau hanya sekedar menghapus kesunyian yang aku rasakan.

Tapi malam ini sedikit berbeda, malam ini pengunjung sedikit ramai dari biasanya. Ruangan yang tak terlalu besar ini penuh dengan asap rokok dan kebisingan yang membuatku semakin pusing. Dan malam ini, ada sebuah pertunjukan yang disuguhkan di tengah-tengah ruangan. Mungkin inilah yang membuat malam ini berbeda dari biasanya. Pengunjung yang ada kini mengitari sebuah panggung yang seseorang kini tengah meliuk-liuk menggoda.

Aku memrhatikannya dari kejauhan, tak ingin aku mendekat karena aku memang tak berminat. Tapi beberapa kali aku menagkap sebuah pandangan yang tak biasa dari sorot matanya. Ada sebuah pesan yang beberapa kali ingin disampaikannya padaku, tapi aku tak tahu apa maksudnya.

Sejam sudah pertunjukan itu menghipnotis pengunjung yang ada, dan selama itu pula pesan-pesan yang ingin disampaikan padaku tetap tak aku mengerti darinya. Hingga ketika aku ingin beranjak, saat kepenatan tak lagi bisa dijinakkan, saat itulah dia datang menghampiriku dan memberikan sebuah kertas kecil berisi angka-angka yang aku tahu nmor apa itu. 

Aku menatapnya tak percaya. Dia melangkah pergi dengan tangan kanan memberikan tanda padaku. Aku baru sadar, jadi ini yang ingin disampaikannya padaku. Aku tertawa. Ini gila!